”Sektor mamin lain juga perlu mengikuti, karena dengan transformasi pada sistem digital plus pemangkasan energi, pabrik bisa menekan cost minimal 20 persen,” ujarnya.
Kemenperin pun mengapresiasi kerjasama antara PT Niramas Utama dan Schneider Electric Indonesia yang baru saja terjalin.
Perseroan menanamkan investasi awal sekitar Rp 4 miliar untuk membangun sistem manajemen informasi produksi dan monitoring energi di pabrik di Bekasi.
”Dengan sistem terdigitalisasi ini, kami bisa mengawasi kinerja mesin produksi yang tidak optimal. Misalnya, ada salah satu mesin yang boros energi karena ada kerusakan part,” ujar CEO PT Niramas Utama Adhi S Lukman.
Adhi menilai bahwa persaingan pasar industri mamin sangat ketat.
Baik dalam konteks pasar domestik maupun internasional.
BACA JUGA:Kenaikan Gaji ASN Dirapel Maret, Begini Penjelasan Pemprov Bengkulu
Oleh karena itu, pemutakhiran sistem produksi adalah hal yang cukup vital untuk dilakukan.
Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, tantangan mendasar yang mayoritas dialami IKM (industri kecil menengah) saat ini adalah belum adanya visibilitas menyeluruh dan integrasi data terhadap manajemen sumber daya (energi, air, gas, dan sebagainya).
”Hal itu karena proses pencatatan dan pengumpulan data yang masih manual. Selain itu, pola pikir dan kesiapan sumber daya manusia dalam mengoperasikan teknologi juga membutuhkan atensi khusus,” ujarnya.
Dia menegaskan Schneider Electric dalam hal ini siap menjadi mitra digital bagi pelaku industri.
Selain teknologi, perseroan memberikan pendampingan melalui pelatihan, workshop, forum-forum diskusi di tiap level manajemen baik untuk manajemen lini pertama, menengah hingga top manajemen.
”Kami akan memetakan kebutuhan transformasi, target hingga detil rencana aksi untuk memastikan transformasi yang dilakukan memberikan keuntungan bisnis dan keberpihakan pada lingkungan,” pungkasnya.(**)