Dari sejumlah naskah yang masuk, dipilihlah 100 peserta yang akan dilakukan Bimtek untuk ditindaklanjuti pada proses berikutnya.
"Jadi, setelah di Bimtek akan dipilih 73 cerita.
Sekaligus juga kita akan lakukan sayembara cerita anak dwi bahasa (Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia)," papar Laily dalam sambutannya.
Sebanyak 73 naskah yang dibukakan tersebut, nantinya juga akan dibagikan ke sekolah-sekolah yang memiliki Asesmen Nasional (AN) rendah.
BACA JUGA:Seleksi Calon Paskibraka Dibuka, Berikut Cara Daftarnya
Sehingga dapat menjadi bahan refrensi dalam peningkatan literasi di sekolah tersebut.
"Kami juga akan berkolaborasi dengan BGP (Balai Guru Penggerak) bagaimana pemanfaatan untuk bahan bacaan yang sudah diterbitkan oleh Badan Bahasa," katanya.
Output dari kegiatan Bimtek tersebut nantinya, akan dijadikan bahan bagi penulis dalam mengembangkan naskah awalnya.
Sehingga, apa yang sudah ditulis nanti akan direvisi sesuai dengan masukan dari para narasumber.
BACA JUGA:Pleno Kecamatan di Seluma Rampung, Ini Jadwal Pleno Kabupaten
"Karena penulisan cerita anak itu tidak mudah. Jadi, kita siapkan bimbingan teknis ini," katanya.
Sementara itu, Laily juga memaparkan kriteria terkait dengan penulisan cerita anak berbahasa daerah tersebut.
Meliputi, tidak boleh mengandung unsur yang menyinggung Suku, Ras, Agama (SARA), menakut-nakuti, membuat cerita-cerita yang mustahil.
"Maka para serta ini selama Bimtek akan ditempa oleh narasumber-narasumber yang sudah ditetapkan," tuturnya.
BACA JUGA:Jelang Ramadan, Harga Bapok Merangkak Naik
Cerita tersebut nantinya akan benar-benar dipilah agar bisa diterima anak-anak dengan proses yang cukup panjang.