Mengalami sesak napas dan mata pedih ketika memungut berondol buah sawit dan merumput di lokasi tersebut.
Sudah belasan tahun seperti ini tanpa ada upaya yang dilakukan untuk mengurangi asap.
“Saya ini baru operasi katarak tidak boleh kena asap. Tapi bagaimana lagi tidak mungkin kami tidak merawat dan memanen hasil kebun ini,” sampainya.
Sukesi mengaku sudah pernah menyampaikan keluhan tersebut kepada pihak PT KSM hanya saja jangankan mendengarkan keritikan masyarakat.
Manajemen pimpinan PT KSM ini saja dalam satu tahun bisa tiga sampai empat kali ganti pimpinan.
“Kami berharap ada upaya dari Pemkab Mukomuko, meskipun Pemdes juga pernah menyampaikan keluhan masyarakat namun juga tidak ada perubahan,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan Sugik (43) Warga Desa Tanjung Alai Kecamatan Lubuk Pinang.
Asap yang menyebabkan polusi udara sudah berlangsung lama.
Dapat dilihat tidak perlu membutuhkan waktu yang lama dari Jalan lintas barat (Jalinbar) Sumatera ini.
Cukup masuk dua menit maka sudah terlihat hamparan persawan dipenuhi asap putih yang dihasilkan dari proses perebusan TBS sawit.
Padahal sekitar 5 tahun lalu warga masih bisa makan dipinggir sawah sambil melihat hamparan padi yang menguning.
Namun saat ini jika hal tersebut masih dilakukan dipastikan pernafasan akan sesak.
“Kalau dibilang meresahkan pasti, karena asap putih mengepul ini dilepaskan pabrik langsung ke persawahan dan berakhir diperumahan warga.
Kurang lebih asap ini terasa semakin menggangu lima tahun terakhir,” tandasnya.