Sehingga jumlah anak atau generasi muda lebih rendah daripada generasi tua.
“Hati-hati ketika populasi orang tua menjadi banyak kemudian anak muda sedikit,” tuturnya.
BACA JUGA:Kepemimpinan di Tangan Bupati Mian, Penghargaan Prestisius Terus Bertambah
BACA JUGA:Satu-satunya di Provinsi Bengkulu, Bupati Bengkulu Utara Mian Datangkan Adipura Kedua Kalinya
Menurutnya ini berdampak pada sulitnya untuk keluar dari middle income.
Dengan adanya bonus demografi dan peningkatan kualitas SDM diharapkan akan menambah pendapatan per kapita.
Dengan cara ini maka Indonesia bisa menjadi negara maju.
Jika salah langkah, bisa jadi Indonesia menjadi negara miskin.
“Presiden berulang kali mengingatkan, jangan seperti negaradi Afrika yang sudah memiliki bonus demografi tapi tetap menjadi negara miskin,” ucapnya.
Menurut catatan BKKBN, TFR Indonesia terus turun. Pada 2017 sekitar 2,4.
BACA JUGA:Pemkab Lebong Mutasi 14 Eselon II, 22 Eselon III dan 42 Eselon IV
BACA JUGA:Masyarakat Lebih Senang Beternak Kambing Ketimbang Sapi, Ini alasannya
Artinya setiap perempuan melahirkan setidaknya dua sampai tiga anak. Lalu pada 2022 turun menjadi 2,1.
Menurut Hasto, penurunan jumlah anak yang mampu dilahirkan dalam satu keluarga ini lebih cepat dari prediksi pemerintah.
“Penduduk kita harus seimbang. Kalau boleh TFR jangan kurang 2,1, supaya tidak terjadi minus growth,” ujarnya.
Terpisah Direktur Youth Studies Center UGM Oki Rahadianto Sutopo kemarin menuturkan bahwa fenomena enggan menikah merupakan dampak dari tantangan yang lebih kompleks yang harus dihadapi generasi muda.