Menurut klaim Guillot, sebagian besar atau seluruh kamper yang diperdagangkan sebelum kira-kira abad ke-10 Masehi berasal dari utara Sumatera, yakni Barus.
BACA JUGA:Bukan Hanya Dongeng dan Sinetron, Begini Sejarah 7 Manusia Harimau
Jika mengacu pada klaim Guillot, maka kamper yang dicatat dalam Al-Quran dan riwayat Nabi Muhammad, atau digunakan dalam pengawetan mumi di Mesir, berasal dari Barus, Sumatera.
Sejarahwan Jajat Burhanudin dalam “Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia” (2020) menceritakan bahwa Barus sudah dikenal lama dalam dunia perdagangan, bahkan namanya sudah dikenal sebagai bandar penting sejak abad ke-1 Masehi berdasarkan catatan ahli Romawi, Ptolemy.
BACA JUGA:7 Macam Virus Komputer serta Sejarah Terciptanya Komputer
Para pedagang Arab biasanya mengunjungi daerah Barus melalui rute tersendiri.
Jajat menduga, orang Arab dan Persia tiba di Barus melalui perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon lalu tiba di Pantai Barat Sumatera.
Kamper atau kamphor adalah bahan yang dicatat dalam Al Quran dan riwayat Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kamper juga digunakan dalam proses pengawetan mumi di Mesir.
BACA JUGA:Sejarah Hijab di Indonesia dari Masa ke Masa, Benarkah Sudah Ada Sebelum Abad Ke-20
Kamper berasal dari pohon kamphor yang tumbuh di daerah tropis, termasuk di Indonesia, khususnya di daerah Barus, Sumatera.
Berdasarkan informasi yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa kamper yang dicatat dalam Al-Quran dan riwayat Nabi Muhammad, serta yang digunakan dalam pengawetan mumi di Mesir, berasal dari Barus, Sumatera.
BACA JUGA:Sejarah dan Tradisi Suku Asmat, Punya Seni Mengukir yang Handal
Berikut peran penting kamper di Barus dalam sejarah perdagangan dan religi di Indonesia, adalah:
1. Pada abad ke-10, Barus menjadi pelabuhan krusial (penting) di era Kerajaan Sriwijaya.
2. Kamper dari Barus menjadi komoditas yang sangat laku di pasar internasional.
BACA JUGA:Sejarah, Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Betawi, Begini Kisah Awal Kemunculannya