BENGKULU, KORANRB.ID- Adanya tradisi membantai lumba-lumba di kepulauan Faroe negera Denmark, menimbulkan kecamatan dari berbagai belahan dunia.
Pembantaian lumba-lumba tersebut merupakan tradisi lama masyarakat di kepulauan yang terletak di Samudera Atlantik Utara dengan Skotlandia serta Islandia.
BACA JUGA:Sejarah! Ini 10 Fakta Kemenangan Timnas U23 Atas Korea Selatan U23, Terima Kasih VAR dan Referee
Pada tradisi zaman dulu, pembantaian lumba-lumba tersebut untuk di konsumsi masyarakat pada saat itu.
Tradisi yang dipertahankan penduduk setempat ini menua kecaman penduduk dunia.
Bagaiaman tidak, setiap musim panas di kepulauan Faroe, penduduknya melakukan perburuan lumba-lumba dengan berbagai senjata yang digunakan.
BACA JUGA:Peninggalan Sejarah Mesir dan Peru, Diduga Warisan Alien!
Mereka menggunakan perahu mesin, mengelilingi kawanan lumba-luma tersebut ke pinggir pantai.
Setelah tiba di pinggir pantai, para penduduk beramai-ramai menghujani lumba-lumba tersebut dengan berbagai senjata tajam yang ada.
Adapun lumba-lumba yang tidak berada dipinggir pantai, ditarik menggunakan kapal mesin ke arah pantai.
BACA JUGA:Awal Sejarah Permainan Catur, Siapa Penemunya?
Praktik pembantaian lumba-lumba tersebut, dianggap terlalu kejam oleh para aktivis dunia.
Dimana penduduk Faroe melakukan pembantaian sejumlah 1.428 lumba-lumba dalam satu hari.
Pada saat pembantaian ribuan lumba-lumba dalam keadaan mati berjejer di pasir pantai tersebut, warna air laut menjadi merah bagaikan lautan darah.
BACA JUGA:5 Jejak Sejarah Peninggalan Penjajah di Bengkulu