Rel Molek Bengkulu Utara, Peninggalan Belanda Berharga Mahal yang Sekarang Diganti Kayu

Sabtu 01 Jun 2024 - 16:15 WIB
Reporter : Tri Shandy Ramadani
Editor : Sumarlin

Molek menjadi pilihan warga untuk menuju ke Desa Lebong Tandai, apalagi jika mereka membawa bahan pangan atau sembako. 

Rel yang dicuri ini sangat berbahaya bahkan kerap menyebabkan kereta anjlok sehingga penumpangnya harus gotong royong mengangkat kereta ke rel kembali. 

Rel kereta diganti dengan kayu untuk menjaga roda kereta tetap berada di rel yang tersambung dengan besi.

Meskipun anjlok, namun memang biasanya hal ini tidak sampai berdampak pada kecelakaan berat. 

Ini karena molek biasanya melaju sangat pelan, paling cepat sekitar 20 km per jam. 

Mesin molek semacam mesin motor atau putaran kompresor yang menarik kereta tersebut untuk berjalan menuju Desa Lebong Tandai.

BACA JUGA:Ini Dia 10 Museum Terbesar di Dunia dengan Ratusan Ribu Koleksi

Bukti Kekayaan Emas Bengkulu

Keberadaan molek beserta rel puluhan kilometer tersebut sebagai bukti banyaknya kandungan emas di Desa Lebong Tandai.

Belanja membangun rel molek yang dipastikan tidak mudah pada tahun tersebut. 

Bahkan juga ada mesin besar di Pusat Desa Lebong Tandai, mesin tersebut adalah mesin penambangan emas yang digunakan oleh Belanja. 

Konon katanya, sejak tahun 1902 Belanda sudah mulai pembangunan mulai dengan membawa besi menggunakan molek. 

Hingga menggunakan helikopter membawa beberapa peralatan lain hingga akhirnya aktivitas penambangan dilakukan. 

Sampai saat ini mesin tersebut juga masih ada di Desa Lebong Tandai, bahkan sebagiannya masih digunakan oleh masyarakat setempat untuk melakukan penambangan emas dan perak secara tradisonal.  

Dengan adanya pembangunan besar yang dilakukan penjajah belanda tersebut, maka tentunya kandungan emas di Desa Lebong Tandai bukan jumlah yang sedikit. 

Sampai saat ini masyarakat Desa Lebong Tandai mata pencaharian utamanya adalah menambang emas. 

Kategori :