Kota-kota seperti Marseilles, Venetia, dan Castile menjadi pusat produksi sabun yang terkenal.
Sabun pada masa ini masih dibuat dari campuran dasar lemak dan alkali, namun kualitasnya meningkat dengan penambahan aroma dan pewarna alami.
BACA JUGA:Primata Endemik Pulau Jawa! Berikut 5 Fakta Unik Surili yang Terancam Punah
Namun, sabun masih menjadi barang mewah dan mahal yang hanya bisa diakses oleh kalangan bangsawan dan orang kaya.
Masyarakat umum biasanya menggunakan air dan pasir untuk membersihkan tubuh mereka.
Perkembangan signifikan dalam industri sabun terjadi selama Revolusi Industri pada abad ke-19. Dengan kemajuan teknologi, sabun mulai diproduksi dalam skala besar.
Salah satu penemuan penting pada masa ini adalah proses Leblanc, yang ditemukan oleh ahli kimia Perancis Nicolas Leblanc pada akhir abad ke-18.
Proses ini memungkinkan produksi soda abu (natrium karbonat) dari garam laut, yang merupakan bahan dasar pembuatan sabun.
BACA JUGA:Kisah Sedih Efendi, Pedagang Ikan yang Rugi Rp10 Juta Akibat Listik PLN Padam
BACA JUGA:Cek Rekening Sekarang, Gaji 13 ASN Pemprov Bengkulu Sudah Ditransfer
Pada awal abad ke-19, Michel Eugène Chevreul, seorang ahli kimia Perancis, menemukan bahwa lemak terdiri dari gliserol dan asam lemak.
Penemuan ini memberikan dasar ilmiah bagi pembuatan sabun modern dan memungkinkan pembuatan sabun yang lebih konsisten dan berkualitas tinggi.
Masuknya sabun ke pasar massal terjadi pada awal abad ke-20, dengan perusahaan seperti Procter & Gamble yang memperkenalkan sabun batangan terkenal, Ivory, pada tahun 1879.
Ivory menjadi populer karena dianggap lebih murni dan lembut di kulit. Pada tahun 1898, B.J. Johnson Soap Company (sekarang Colgate-Palmolive) memperkenalkan sabun Palmolive, yang terbuat dari minyak sawit dan minyak zaitun, yang kemudian menjadi salah satu merek sabun terkemuka di dunia.