"Setidaknya tren harga naik ini bisa bertahan hingga 2026," prediksi Nata.
Dengan kondisi di atas, petani kopi di Indonesia khususnya di Kabupaten Kepahiang dapat memanfaatkan celah tersebut guna meningkatkan hasil produksi panen.
Di Kabupaten Kepahiang, dengan kondisi lahan perkebunan kopi tinggal tersisa sekitar 24 ribu saja, hasil produksi panen yang dihasilkan petani masih rendah.
Data terakhir BPS menyebutkan, hasil panen petani kopi di Kabupaten Kepahiang masih di kisaran 19 ribuan ton per tahun.
BACA JUGA:Alih Status Jalan Talang Ratu Masih Dalam Pembahasan
"Ya, hasil panen petani kita masih rendah.
Namun, untuk tahun ini secara umum lebih meningkat dari tahun lalu," kata Nata.
Selaku Wabup Kabupaten Kepahiang, pihaknya akan tetap konsen dalam upaya meningkatkan produksi kopi di Kabupaten Kepahiang.
Pemkab, lanjutnya akan tetap fokus mengembangkan produksi kopi dengan 2 metode.
BACA JUGA:Pemkab Lebong Siapkan Rp1,5 Miliar untuk Beasiswa Satu Desa Satu Sarjana
Yakni, dengan cara sambung dan replanting yang saat ini tengah serius dikembangkan Pemkab Kepahiang.
Lahan percontohan atau demplot pun, sudah tersedia di Desa Bogor Baru Kecamatan Kepahiang.
"Di Bogor Baru, kopi yang kita kembangkan dengan sistem pagar.
Kita akan kombinasikan pengembangan kopi di Kepahiang, baik dengan cara stek maupun replanting," kata Nata.
BACA JUGA:Piutang PBB-P2 di Lebong Capai Rp2,3 Miliar
Terkait pengembangan kopi dengan sistem replanting, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang Ir. Taufik sebelumnya telah menyampaikan, telah demplot replanting kopi seluas 8 Ha dan 1 Ha yang dikelola khusus Pemkab Kepahiang.