KORANRB.ID - Tingginya kasus penyakit ngorok atau Septicemia Epizootica (SE) di Bengkulu Selatan membuat masyarakat takut mengkonsumsi daging sapi maupun kerbau. Terkait hal itu, Dinas Pertanian Bengkulu Selatan menegaskan daging tersebut tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
"Peternak melakukan pemotongan sapi dan kerbau yang terjangkit SE atau ngorok untuk mencegah kerugian yang dialami peternak. Sebab sapi yang terjangkit SE sangat sulit sekali disembuhkan dan rentan mati mendadak," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Bengkulu Selatan, Sakimin, S.Pt, Kamis, 7 November 2024.
Sakimin mengatakan bahwa daging sapi atau kerbau yang terjangkit SE masih dinyatakan layak atau aman untuk konsumsi. Namun dalam proses pengolahan dagingnya harus diperhatikan dengan benar.
"Daging sapi yang terjangkit SE masih layak dikonsumsi oleh manusia, tetapi saat memasaknya harus diperhatikan betul kematangannya," katanya.
BACA JUGA:Izin Kampanye Pilkada, Tidak Boleh Gunakan Fasilitas Negara
BACA JUGA:Peringati HUT Ke-56 Provinsi Bengkulu, Pemprov Gelar Senam Massal
Tidaknya hanya itu, Sakimin juga mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi bagian dalam hewan ternak yang terjangkit SE. Baik hati, jantung, usus dan babat karena bagian tersebut tidak layak dikonsumsi jika sapi terjangkit virus, termasuk virus SE.
"Jangan mengolah dan mengonsumsi bagian jeroan sapi atau kerbau saat hewan ternak terjangkit virus, tentunya hal tersebut untuk kesehatan," pesannya.
Sakimin juga menyampaikan Dinas Pertanian Bengkulu Selatan melalui Bidang Peternakan terus berupaya mencegah penyebaran hewan ternak masyarakat yang terjangkit SE.
Ia mengatakan vaksinasi kepada hewan ternak telah dilakukan. 1.000 vaksin SE telah disalurkan kepada ternak masyarakat.
BACA JUGA:Dampak Debat Perdana Pilgub: RSMY Bantah Soal Utang Rp90 Miliar dan TPP Nunggak
BACA JUGA:Mensos Dijadwalkan ke Kota Bengkulu, Ini Agendanya
"Vaksin yang kita terima 1.000 dosis dari Pemerintah Provinsi Bengkulu telah disalurkan. Langkah tersebut untuk mencegah ternak terjangkit SE semakin parah dan meluas di setiap daerah di Bengkulu Selatan," sampainya.
Sementara itu, salah seorang warga, Yanti (35) mengaku masih khawatir dengan maraknya ternak terjangkit SE.
Ia juga menyampaikan kekhawatirannya ketika konsumsi daging terjangkit SE dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia.