Memahami Stunting pada Anak
Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang jauh di bawah standar usianya.
BACA JUGA:Tangani Stunting, Kejar Pemanfaatan Dana Fiskal
Ini adalah indikator dari gizi buruk jangka pan dan dapat memhi perkembangan otak anak.
Dikutip dari berbagai sumber, menurut UNICEF, stunting merujuk pada anak usia 0-59 bulan dengan tinggi badan di bawah minus 2 (stunting sedang) dan minus 3 (stunting kronis).
BACA JUGA:Target Zero Stunting, TPK Ujung Tombak
Standar ini dikeluarkan oleh WHO dan digunakan untuk menghitung tingkat stunting di suatu wilayah.
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk akses terbatas ke makanan bergizi, sanitasi buruk, dan paparan terhadap penyakit.
Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi masalah stunting untuk memastikan perkembangan anak yang optimal.
BACA JUGA:Penjabat Kades Diberi Beban Turunkan Angka Stunting dan Kemiskinan Bengkulu Utara
Kondisi stunting ini, biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan seorang anak (dari kehamilan hingga usia 2 tahun).
Stunting dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit di kemudian hari.
Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan stunting adalah status gizi ibu selama masa kehamilan.
BACA JUGA:Komitmen Pemkab Mukomuko Tangani Stunting Menuju Generasi Emas
Jika ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilan, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan janin di dalam rahim.
Kekurangan gizi ini dapat menghambat perkembangan tubuh anak, menurunkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan fungsi kognitif, dan mengganggu sistem pembakaran dalam tubuh anak.