Berkaitan dengan kerusakan irigasi ini, hampir setiap tahun mengusulkan pembangunan pintu air yang rusak kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko, namun belum juga mampu diakomodir.
"Menanam padi ini mayoritas dilakukan warga kami jika, sawah ada airnya. Semenjak pintu air rusak akibat banjir maka wajar saja jika sebagian lahan sudah berubah fungsi menjadi lahan perkebunan sawit," terangnya.
Alih fungsi lahan pangan menjadi perkebunan sawit ini, karena warga tidak pernah mendapat kepastian lahan persawahan tersebut akan kembali dialiri air.
Dengan asumsi irigasi dan pintu air yang rusak diperbaiki terlebih dahulu.
"Warga awalnya menanam palawija di sawahnya, lalu pada tahun 2022 warga berganti menanam sawit di lahan persawahan tersebut.
Hingga saat ini dari seluas 120 hektare lahan sawah hampir sebagian sudah ditanami sawit," sampainya.
Sebenarnya warga di wilayah ini lebih memilih bersawah dibandingkan sawit.
Namun karena tidak ada pilihan lain sehingga warga lebih memilih menanam tanaman sawit.
Sedangkan untuk lahan sawah yang masih ditanami padi oleh warga ada sekitar 110 hektare sawah.
"Untuk sawah yang masih bisa digunakan menanam padi ada 110 hektare. Dimana irigasi masih berfungsi dan mendapatkan pasokan air," tandasnya.