Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Ketupat juga memiliki makna tersendiri.
Seperti, dibungkus dengan janur? Janur, di adopsi dari bahasa Arab “Ja’a Nur” atau telah datang cahaya.
BACA JUGA:Usai Idul Fitri, Sampah di Kota Bengkulu Diprediksi meningkat, Gubernur: Semua Pihak Harus Berperan
Bentuk flsik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.
Saat sudah mengakui kesalahan maka hatinya seperti kupat yang dibelah, isinya akan putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki seperti hati yang sudah dibungkus cahaya (ja’a nur).
Maka setelah mengakui kesalahan, harus meminta maaf, untuk itu kesalahan yang sudah dimaafkan jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
Ketupat juga menandakan, akhir dari Bulan Ramadan dan sudah memasuki 1 Syawal.
BACA JUGA:Tips Aman Berkendara Saat Mudik Dalam Keadaan Berpuasa
Umat Islam di Indonesia menamainya dengan istilah Lebaran atau Hari Raya (Riyoyo).
Di tilik dari sejarahnya, sebagian riwayat menuturkan bahwa Lebaran Ketupat di Jawa kali pertama diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga Raden Said saat beliau memperkenalkan isltilah ba’da (setelah) kepada masyarakat Jawa
Kembali ke mitos tentang asal-usul ketupat yang dikaitkan dengan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali (Wali Songo) yang membawa agama Islam ke Indonesia, khususnya pulau Jawa.
Dia dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan memiliki banyak kisah inspiratif dalam menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat Jawa.
Namun, apakah dia benar-benar orang yang pertama kali membuat ketupat?
BACA JUGA:Tips Aman Berkendara Saat Mudik Dalam Keadaan Berpuasa
Sayangnya, tidak ada bukti sejarah yang kuat yang mendukung klaim ini. Sejarawan cenderung percaya bahwa ketupat sudah ada jauh sebelum masa Sunan Kalijaga.
Berbagai sumber sejarah menunjukkan bahwa ketupat telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia sejak zaman kuno, bahkan sebelum kedatangan Islam di kepulauan Nusantara.