Baca Koran Harian Rakyat Bengkulu - Pilihan Utama

Muhammadiyah, Organisasi Masyarakat yang Tersistem Secara Berkelanjutan

Muhammadiyah, Organisasi Masyarakat yang Tersistem Secara Berkelanjutan--

Dalam kategori organisasi modern, sistem harus mengatur alur keputusan, pembagian tugas, koordinasi, mekanisme pelaporan, dan evaluasi. Ini mencegah organisasi runtuh hanya karena pergantian pemimpin. Dengan kata lain, keberlanjutan organisasi ditopang oleh struktur, bukan sekadar figur.

Refleksi Milad 113 Muhammadiyah memperlihatkan urgensi sistem ini. Muhammadiyah menunjukkan bahwa keberlanjutan gerak tidak muncul secara spontan, melainkan hasil dari institutionalized governance. 

Mulai dari Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), pembagian tugas berjenjang dari pusat hingga ranting, hingga amal usaha yang dikelola secara profesional.

Dalam perayaan Milad, yang diangkat bukan semata-mata kiprah tokoh, tetapi kekuatan sistem yang diwariskan sejak K.H. Ahmad Dahlan: disiplin organisasi, etos kerja sosial, dan pembaruan berkelanjutan. Inilah ciri ormas yang tersistem: ia bertahan melewati penjajahan, reformasi, digitalisasi, hingga era masyarakat informasi.

Lainnya, kalau kita kontekstualisasikan dengan konsep good governance, collaborative governance, dan public value, Muhammadiyah sudah menerapkan prinsip tersebut secara berkala. Seperti good governance yang tercermin dari akuntabilitas dan transparansi amal usaha; collaborative governance terlihat dari kerja sama Muhammadiyah dengan pemerintah dan lembaga internasional; dan public value yang tampak dari kontribusinya dalam pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan. 

Sehingga, kategori ormas tersistem bukan sekadar “besar”, tetapi memiliki tata kelola yang menjamin keberlanjutan dan relevansi sosial lintas generasi.

Muhammadiyah Konsisten dengan Sistem

Konsistensi Muhammadiyah dapat dijelaskan dengan systems theory (Bertalanffy, 1968). Dalam teori ini, organisasi dipahami sebagai sistem terbuka dengan empat komponen: input, proses, output, dan feedback. 

Muhammadiyah menjalankan sistem ini dengan baik: input berupa nilai Islam berkemajuan dan kaderisasi; proses berupa pelayanan sosial dan pendidikan; output berupa amal usaha; dan feedback berupa muktamar serta evaluasi sistematis. Kekuatan sistem inilah yang membuat Muhammadiyah bertahan lebih dari satu abad.

Dari perspektif new public service (Denhardt & Denhardt, 2000), Muhammadiyah menempatkan pelayanan publik sebagai orientasi utama organisasi. Amal usaha seperti sekolah, universitas, dan rumah sakit dibangun bukan untuk prestise organisasi tetapi untuk “melayani warga negara”. Dengan demikian, Muhammadiyah menjalankan prinsip serve citizens, not customers, yaitu berorientasi pada nilai publik, bukan kepentingan internal.

Di samping itu, konsistensi sistem Muhammadiyah dikuatkan oleh mekanisme kaderisasi yang terstruktur. Penelitian Nashir (2015) menegaskan bahwa organisasi ini menjalankan Human Resource Development secara berlapis melalui Ortom seperti IPM, IMM, Pemuda Muhammadiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah. Sistem kaderisasi inilah yang memastikan nilai, visi, dan etos Muhammadiyah terus berlanjut lintas generasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan