Masyarakat Bengkulu umumnya mengadakan doa bersama dan ziarah ke makam-makam para leluhur atau pahlawan nasional sebagai bagian dari penghormatan mereka terhadap mereka yang telah berjasa bagi kehidupan dan kebudayaan Bengkulu.
Festival Tabot memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Bengkulu.
BACA JUGA:9 Rahasia Dunia yang Masih Menjadi Teka-Teki Belum Terpecahkan, Salah Satunya Stonehenge di Inggris
BACA JUGA:5 Tumbuhan Obat Malaria Tradisional, Salah Satunya Daun Pepaya
Selain sebagai pengingat sejarah, festival ini juga merupakan momentum untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga dan membangkitkan semangat nasionalisme.
Simbolisme dari Tabot yang dibawa dalam prosesi juga menggambarkan kekuatan spiritual dan ketahanan budaya yang telah diwarisi dari generasi ke generasi.
Hingga kini, Festival Tabot tetap diadakan setiap tahun dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat setempat.
Acara ini tidak hanya menarik perhatian penduduk Bengkulu sendiri, tetapi juga wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara.
Perayaan ini tidak hanya sekadar menampilkan tradisi dan kebudayaan Bengkulu, tetapi juga menjadi ajang promosi pariwisata yang signifikan bagi daerah tersebut.
BACA JUGA:Punya 2 Punuk! Berikut 6 Fakta Unik Unta Baktria Bermantel Tebal
BACA JUGA:10 Fakta Unik di Negara Qatar, Salah Satunya Ada 20 Ribu Sampah Mobil Mewah
Dengan demikian, Festival Tabot bukan hanya sebuah perayaan budaya lokal, tetapi juga sebuah ajang untuk memperkenalkan kekayaan sejarah dan kebudayaan Bengkulu kepada dunia.
Festival Tabot tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu Bengkulu, tetapi juga bagian dari identitas dan kebanggaan hingga masa mendatang.
Perayaan Tabot di Bengkulu, ternyata juga ada di Sumatera Barat, hanya saja untuk di Pariaman nama Tabot menjadi Tabuik.
Tabuik Pariaman bermula dari tradisi yang berasal dari kepercayaan Islam Ahlul Bayt atau Syiah.
Konon, tradisi ini pertama kali diperkenalkan oleh pedagang Arab yang datang ke Pariaman pada abad ke-19. Tabuik sendiri merupakan replika dari kata bahasa Arab "turbah", yang berarti tanah tempat berdoa dalam agama Islam.