Pada 29 November 1920, seorang Belanda M Batenburg, telah menemukan prasasti Melayu awal yang terkenal yang ditemukan di Kedukan Bukit, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang, anak sungai Musi.
BACA JUGA:Suku-Suku yang Ada di Indonesia, Asal Usul dan Keunikan Suku Enggano di Bengkulu
Dikutip dari berbagai sumber, prasasti Melayu berbentuk batu kecil yang berukuran 45 X 80 cm. adapun teks prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Melayu Kuno, yang diperkirakan sebagai nenek moyang bahasa Melayu pada saat ini.
4. Suku Anak Dalam Batin Sembilan
Suku ini merupakan kelompok suku lokal yang salah satunya bermukim di Desa Tanjung Lebar, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Adapun keberadaan Suku Anak Dalam Batin Sembilan, telah ada sebelum masa kemerdekaan, sejak desa Tanjung Lebar masih berstatus sebagai dusun, sebelum tahun 1981.
Dimana semenjak diberlakukannya UU Desa pada tahun 1979, banyak sekali perubahan yang dihadapi oleh Suku Anak Dalam Batin Sembilan (SAD Batin Sembilan) seiring dengan perubahan status dusun menjadi desa.
Dikutip dari berbagai sumber, perubahan yang ada tersebut dengan adanya gelombang besar kedatangan masyarakat pendatang akibat adanya kebijakan transmigrasi dan perhutani, perusahaan, maupun penduduk wilayah lain yang datang dengan sendirinya untuk membuka lahan ladang yang baru.
BACA JUGA:Misteri Hantu Mak Sumay, Mitos Legenda dari Provinsi Bengkulu, Ini Tempat Kesukaannya
Pada saat ini SAD Batin Sembilan telah membaur dengan suku bangsa lainnya dan sulit untuk dikenali perbedaannya.
Pada masa sekarang, suku ini tidak lagi hidup berkelompok dalam sukunya, sebagaimana dilakukan oleh Orang Rimba.
Selain itu, suku ini juga telah mengenakan pakaian layaknya masyarakat pada umumnya serta telah memanfaatkan teknologi modern seperti alat komunikasi, kendaraan bermotor dan sarana hiburan lainnya.
Mereka juga telah hidup menetap dalam kurun waktu lama serta membuka hubungan dan berkomunikasi dengan pihak diluar kelompok suku mereka.
Walaupun demikian, suku ini tidak serta merta sepenuhnya terpengaruh dengan hal-hal yang dibawa komunitas dari komunitas mereka.
Suku ini justru banyak belajar, untuk menyerap pengetahuan dan pengaruh yang dibawa pihak luar untuk mempertahankan keberadaan mereka sebagai SAD Batin Sembilan.
BACA JUGA:7 Wisata Sejarah di Kota Bengkulu, Sudah Tahu?