Desa Weskust, Sisa -sisa Bukti Jejak Belanda di Kepahiang

PADI: Aktivitas warga Desa Weskust saat menjemur padi yang baru saja dipanen. --

Sebagian mengolah perkebunan teh di Kabawetan, hingga perkebunan lainnya di wilayah Desa Weskust saat ini. Seiring kemerdekaan, mayoritas pekerja yang dibawa dari Pulau Jawa memilih menetap di sentra-sentra perkebunan Belanda selama menguasai Kabupaten Kepahiang. Termasuk di Desa Weskust.

Hingga pada 1974, pemukim yang tersisa bersama warga pendatang lainnya bersepakat membentuk sebuah wilayah dengan nama Weskust. 

BACA JUGA:Asal Mula Nama Kepahiang, Kini jadi Kabupaten Hasil Pemekaran di Provinsi Bengkulu

Nama yang sama saat wilayah tersebut, masih dikuasai Belanda. Saat ini, penduduk desa Weskust sudah beragam. Tak hanya dari suku jawa saja, sebagian besar merupakan suku serawai, suku rejang dan sisanya pendatang dari suku-suku lainnya. 

Mereka melebur dalam 4 wilayah dusun yang sudah ditetapkan. Dari catata profil desa, saat ini Desa Weskust memiliki luas wilayah 32.365,6 KM2. 

Pada sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tangsi Duren, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Sempiang. 

BACA JUGA:Penyakit Ini Menjadi Asal Usul Nama Bintuhan Ibukota Kabupaten Kaur

Lalu, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Endah, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kampung Bogor. Sebelum menjadi desa defenitif dan masih berada di bawa Kabupaten Rejang Lebong, wilayah Weskust masih berada di bawah kendali Desa Karang Endah yang disebut juga dengan Desa Kebun Sepuluh. 

Tercatat pula pada tahun 1983 Desa Weskust melakukan pemilihan Ginde (sekarang Kepala Desa) untuk pertama kalinya. Desa Weskust pun resmi menjadi desa defenitif, seiring terjadinya pemekaran Kabupaten Kepahiang dari Kabupaten Rejang Lebong pada 2004. 

BACA JUGA:Dua Versi Asal Usul Nama Mukomuko yang Ternyata Punya Kesamaan

Generasi penduduk Desa Weskust saat ini, kebanyakan hampir tak mengetahui lagi jika di wilayah yang mereka tempati saat ini, dahulunya merupakan sentra perkebunan yang diduduki Belanda. 

Rata-rata, mereka hanya mendengar cerita tersisa dari generasi terdahulu yang mengisahkan sulitnya menjadi buruh saat perkebunan masih dikuasai Belanda.

BACA JUGA:Asal-usul Suku Jawa Hingga Tradisi Uniknya di Indonesia

"Yang kami tahu dari orang tua, di tempat tinggal kami saat ini dahulunya merupakan perkebunan milik Belanda. Karena itupula nama desa kami berbeda dengan desa lainnya di Kepahiang," tutur salah satu pemuda Weskust Hidayat. (oce)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan