BACA JUGA:Ini 10 Alasan Mengapa Jendela Mobil Harus Diturunkan Saat Siang Hari
Selain itu, banyak pemuda di Bengkulu juga menghadapi masalah komunikasi dengan orang tua mereka. Berdasarkan survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) tahun 2023, 65% remaja di Bengkulu merasa kurang mendapat dukungan atau kesempatan berbicara dengan orang tua mereka.
Banyak orang tua yang cenderung memaksakan aturan tanpa memberikan ruang untuk anak menyuarakan pendapatnya.
Hal ini membuat banyak pemuda merasa tidak didengar, dan akhirnya menjadi apatis terhadap masalah di sekeliling mereka.
Komunikasi ini menjadi salah satu masalah yang harus dilihat karena banyak sekali korban anak-anak dan remaja dari pola asuh otoriter, mereka merasa kesusahan menyampaikan pendapat dan keinginannya sehingga muncul rasa enggan dalam menyuarakan apa yang mereka pikirkan, dan melahirkan generasi yang egois dan apatis.
Kita tahu betul bagaimana generasi sekarang sangat terikat dengan media sosial. Tapisayangnya, banyak dari remaja bahkan anak-anak yang menghabiskan waktu di media sosial hanya untuk hiburan semata.
BACA JUGA:Angka Perceraian di Indonesia Tembus 463.654 Perkara, Tertinggi di Papua Terendah di NTT
BACA JUGA:Info Tes CPNS Bengkulu Utara, Ini Perkembangannya
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2023, 78% waktu yang dihabiskan pemuda Bengkulu di internet lebih banyak digunakan untuk hiburan. Sementara hanya 12% yang benar-benar dimanfaatkan untuk pendidikan atau diskusi sosial.
Seharusnya, media sosial bisa menjadi tempat untuk bertukar pikiran, tapi malah lebih sering digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif.
Salah satu masalah yang tengah naik daun saat ini di Bengkulu adalah keterlibatan pemuda dalam komunitas negatif, seperti geng motor.
Laporan dari Kepolisian Daerah (Polda) Bengkulu mencatat bahwa kasus kriminal yang melibatkan geng motor naik 18% pada tahun 2023, bahkan hal ini kembali menjadi sorotan masyarakat Bengkulu dikarenakan ramai pemuda geng motor yang membawa senjata tajam.
Hal ini sangat merugikan, karena pemuda yang terlibat dalam kelompok-kelompok seperti ini kehilangan potensi untuk berkontribusi secara positif di masyarakat. Alih-alih aktif dalam kegiatan sosial yang bermanfaat, mereka malah terseret dalam aktivitas yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
BACA JUGA:Giliran Paslon Dipanggil Bawaslu dan Gakkumdu Kepahiang
BACA JUGA:Hasil Koordinasi dengan Kemendikbud, Pemotongan PIP Siap Dibawa ke APH, MUI Dorong Pengusutan
Lalu, Bagaimana Kita Bisa Mengatasi Masalah Ini?