KORANRB.ID- Rencong dalam bahasa Aceh ditulis dengan huruf latin dibaca dengan Rintjong merupakan senjata khas Suku Aceh. Rencong adalah simbol identitas diri, keberanian, serta ketangguhan Suku Aceh. Ada beberapa jenis rencong. Pertama Rencong Pudoi, adalah Rencong yang belum sempurna pada bentuk gagangnya. Kedua Rencong Meukure, adalah Rencong yang diberi hiasan seperti gambar hewan, akar kayu, serta bunga di bagian mata pisaunya.
BACA JUGA:Barong Landong, Warisan Budaya Bengkulu yang Sempat Hilang dan Terlupakan
Ketiga Rencong Meupucok, adalah Rencong yang di atas gagangnya ada sebuah pucuk yang biasanya terbuat dari emas.
Keempat Rencong Meucugek, adalah Rencong yang pada gagangnya ada suatu bentuk cugek, perekat serta bergagang lengkung 90 derajat.
BACA JUGA:Sejarah dan Budaya Merantau Suku Madura, Kamu Sudah Tahu Belum?
Menurut sejarahnya, Rencong adalah senjata tradisional yang digunakan di Kesultanan Aceh sejak masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah yang merupakan seorang Sultan Aceh yang pertama kali.
Dimana kedudukan Rencong pada saat itu, di Kesultanan Aceh sangatlah penting, hal ini dikarenakan Rencong selalu diselipkan di pinggang Sultan Aceh, selain itu para Ulu Balang dan masyarakat biasa juga menggunakan Rencong.
BACA JUGA:Tradisi Unik Panggil Nama orang Tua Memakai Nama Anak, Hingga Asal-Usul Suku Baduy
Adapun Rencong yang terbuat dari emas milik Sultan Aceh dapat kita jumpai di Museum Sejarah Aceh, dari bukti sejarah itulah, dapat kita simpulkan bahwa Rencong memang sudah terlahir sejak masa Kesultanan Aceh, namun demikian pembuat pertama kalinya sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Rencong dalam acara adat Kesultanan Aceh, umumnya digunakan pada saat acara pernikahan, meugang, peusijuek, tueng dara baro, intat linto dan dalam setiap acara penting lainnya.
BACA JUGA:Asal-Usul Hingga Tradisi Suku Tengger, Salah Satunya Upacara Kasada
Pada masa kini, Rencong masih digunakan dan dipakai sebagai atribut busana di dalam setiap upacara-upacara adat Aceh.
Adapun pemakaian rencong mengarah kepada simbolisasi dari keberanian dari seorang lelaki dalam memimpin keluarganya setelah ia menikah.
BACA JUGA:Ciri Khas Suku Sunda, Sejarah dan Asal-Usul Serta Budayanya