KORANRB.ID - Polemik antara manajemen dan buruh PT Mutiara Sawit Seluma (MSS) hingga saat ini tidak kunjung ada kesudahan.
Hingga saat ini tidak hanya Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertran) Seluma, namun polemik ini turut jadi perhatian DPRD Kabupaten Seluma.
Rencananya DPRD Seluma turun tangan akan mendatangi PT MSS untuk memastikan keamanan dan kenyamanan buruh.
Seperti yang diungkapkan Wakil Ketua II DPRD Seluma, Samsul Aswajar, S. Sos didampingi Anggota DPRD Anggota DPRD , Tenno Heika, S.Sos, MM.
Rencananya kedatangan dewan akan dilakukan pada Senin 22 Juli 2024 mendatang.
“Sebelumnya kami turut berbela sungkawa atas meninggalnya karyawan, informasinya perusahaan juga sudah bersimpati dan empati untuk memberikan santunan dan menjamin hak almarhum dan keluarga,” ungkap Samsul.
Namun terlepas dari hal tersebut, sidak akan tetap dilakukan.
Samsul ingin memastikan bahwa dalam kegiatannya, PT MSS dapat memperkerjakan dan melindungi keamanan karyawannya sesuai Standar Operasional Perusahaan (SOP).
Karena banyak keluhan yang didapat, bahwa perusahan memperkerjakan karyawannya secara tidak manusiawi.
Terlebih lagi untuk jam malam, biasanya banyak karyawan yang mengharapkan adanya lembur atau jam kerja tambahan karena akan ada penghasilan tambahan.
Kalau pemanen, bisa jadi dihitung jumlah tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit yang dipanen, kalau sopir mungkin yang dihitung jumlah tonase TBS Kelapa Sawit yang diangkut.
“Sebenarnya asal bayaran sesuai dan hitungan kerja di anggap lembur, saya rasa karyawan siap. Hal inilah yang nanti akan kita pertanyakan kepada perusahaan dan karyawan, apakah upah dan tingkat keamanan karyawan dipenuhi oleh perusahaan atau tidak. Pada intinya, satu sisi karyawan akan sejahtera dengan penghasilan yang lumayan, satu sisi perusahaan juga mendapatkan hasil yang sesuai keinginan,” jelas Samsul.
Sementara itu, Anggota DPRD Seluma Tenno Heika turut menegaskan bahwa seluruh perusahaan di Kabupaten Seluma harus memperhatikan jam kerja karyawan dan jangan melakukan kecerobohan yang membahayakan karyawan.
“Ini bukan zaman romusha lagi, sadar atau tidak perusahaan dan karyawan itu seharusnya sama sama membutuhkan. Jangan hanya mementingkan keuntungan namun karyawan sendiri terkena imbasnya,”tegas Tenno.
Tenno meminta agar seluruh perusahaan dapat menjadikan kejadian PT MSS sebagai bahan evaluasi. Jangan ketika menyebabkan kematian baru heboh dan masing masing pihak mempertahankan argumen kebenaran.